NADWAH, TAKKAN BERPALING DARIMU
Monday, January 11, 2016
Amanah,
Dunia Islam,
Indralaya,
Keluarga,
Kisahku,
mahasiswa,
Nadwah,
Organisasi,
Sahabat
Ukhuwah adalah nikmat Allah, anugerah suci, dan pancaran
cahaya rabbani yang Allah persembahkan untuk hamba-hamba-Nya yang ikhlas dan
pilihan. Allah Subhanahu wa ta’ala lah yang menciptakannya. Allah berfirman:
“…Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu.” (QS: Ali Imran:
103). “…Lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah orang-orang yang bersaudara…” (QS: Ali Imran: 103).
Menjadi bagian dari LDK Nadwah Unsri memiliki kesan
mendalam juga sebuah pilihan yang disadari walau mungkin banyak dari kita yang
dipertemukan karena dipilihkan tapi tentu tidak sedikit juga kita yang memang
telah memilih di relung hati bahwa kita ingin menjadi bagian dalam barisan
perjuangan ini. Dipilihkan dan pilihan itu bertemu dalam takdir kebersamaan
kita. Menjalani amanah dakwah ini dengan dada yang lapang lagi menerima. Bahkan
terkadang kita menganggap satu sama lain lebih dari sahabat apalagi sekedar
partner kerja melainkan menganggap bahwa kita adalah bagian dari keluarga yang
membentuk dan mengukir asa untuk bangunan cita – cita peradaban dakwah kampus
yang mulia.
Allah maha menepati janji-Nya, tak terkecuali tentang sebuah
firman dalam kitab-Nya bahwa Allah akan
menolong orang yang menolong agama-Nya dan akan meneguhkan kedudukannya (QS.
Ibrahim:7). Kisah perjalanan spiritual pribadi saya sebagai ketua. Awalnya
saya sangat merasa tak pantas untuk memimpin organiasi ini. Ada banyak maksiat
yang melekat pada diri saya saat itu. Bahkan tak jarang saya merasa bahwa saya
menjadi orang yang munafik, bermuka dua. Pada satu waktu menjadi sosok yang
alim, menyeru pada kebaikan, tapi pada waktu yang lain, lalai dalam
kemaksiatan. Naudzubillah…wa
Naudzubillah… saya menyadari bahwa keputusan syuro adalah yang terbaik dan
saya tidak memaksa untuk amanah menyesuaikan dengan diri saya. Tapi saya lah
yang kemudian memantaskan diri, belajar menjadi pribadi yang baik dan layak
memainkan peran dakwah ini, juga karena saya berada di dalam barisan
orang-orang yang senantiasa menguatkan dalam balutan hangatnya kekeluargaan,
membuat saya mampu tegak dan yakin dalam menjalankan amanah ini.
Dampak
dari kekeluargaan adalah perasaan bahagia serta nuansa nyaman di LDK. Membangun
nuansa nyaman di hati para kader dalam menjalankan amanah dakwah ini adalah hal
mutlak yang harus dilakukan. Dan itu saya sadari serta coba lakukan walau
terkadang belum menemukan cara yang lebih tepat. Berpikiran dan berperasaan
positif serta membuka ruang hati untuk lebih luas dalam menyikapi tingkah
persaudaraan, juga pemakluman dalam setiap sikap adalah beberapa hal yang coba
dilatih dalam menjalankan amanah ini dan aku akui itu tidak mudah manakala
tidak ada keikhlasan dan ketulusan di dalamnya.
Kebermanfaatan adalah
orientasi utama kita, kita memegang teguh sabda Rasul bahwa sebaik-baik manusia
adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lainnya. Kita yang terbangun-dikala
yang lain terlelap-untuk sekedar mengukir senyum di wajah anak manusia, kita
yang menciptakan karya-disaat mungkin yang lain merusak-untuk sekedar agar
dapat dinikmati dan menjadi cerita di masa depan.
Melihat kembali potret perjalanan
satu periode kepengurusan di LDK Nadwah Unsri mengisahkan banyak senyum dan
haru, saat awal diri ini dipilih untuk menahkodai kapal yang besar di tengah
arus gelombang yang tidak bisa dikatakan tenang. Dalam perjalanan kita
mewujudkan mimpi – mimpi dakwah kampus selalu menemui medan – medan yang tak
jarang mengundang duka kecewa juga tidak sedikit menimbulkan tawa dan canda,
Namun karena landasan cita dakwah kita mulia maka kekecewaan itu tidak bertahan
lama ia berganti dengan senyum indah terukir di wajah ceria kita.
Mengenang kembali perjalanan silam
di organisai ini. Terkadang terlintas di pikiran pun sulit untuk kita dapat
melewati setiap episode dakwah karena banyaknya tantangan dan cobaan, namun ada
banyak masalah yang tidak memaksa kita untuk menyelesaikannya. Ia selesai
seiring dengan berjalannya waktu. “al
waqtu juz’un minal ‘ilaj (waktu
bagian dari solusi). Masih jelas terkenang saat kita mengadakan agenda
kelas nasional bahkan mengundang pengisi yang cukup ternama namun, tempat untuk
dilaksanakannya agenda tersebut baru kemudian bisa digunakan beberapa jam
sebelum agenda dimulai. Amazing! Kata itu yang dapat mewakilinya walau itupun
rasanya belum layak.
Pertemuan dan kebersamaan kita pada hari itu
akan sampai pada muara akhirnya, Nahkoda dan awak kapal akan turun dan
digantikan dengan aktor-aktir peradaban yang baru. Kapal yang tadinya dilepas
di tengah gelombang arus samudera akan sampai pada dermaga pelabuhan dengan
penuh rasa keharuan dan kelegaan. Semoga ukhuwah tak sebatas amanah. Aku
menginginkan engkau tetap seperti ini. Anak manusia yang menyimpan berjuta asa,
hati yang berbalut keikhlasan dan ketulusan menjalani setiap bait – bait
perjuangan dakwah.
Aku
pun akan menjadi seperti ini adanya, insan manusia yang berharap tetap
membersamai dakwah ini, berada dalam barisan para pejuang, barisan orang –
orang yang menginginkan manisnya iman yang terasakan juga dapat dirasakan oleh
orang lain, barisan yang menyimpan cita – cita mulia, menginginkan indahnya
islam dapat dirasakan oleh semua orang.
Anugerah
ukhuwah ini akan aku jaga, seperti halnya aku menjaga diriku agar tidak masuk
dalam lingkaran neraka-Nya dan satu pengaharapan dariku, walau nanti mungkin
kita tidak berada dalam amanah yang sama, Tetaplah bergerak sesuai rotasi yang
telah ditentukan dalam takdirnya dan aku ingin visi dakwah kita tetap sama. Yakinlah.
Aku, Takkan berpaling darimu. Aamiin. Insyaa Allah.
Aku akhiri kisah singkat ini dengan
sebuah kutipan yang menarik dan baik menjadi renungan bagi kita semua.
“jika kamu
hanyalah seorang penyapu jalan,
maka jadilah
penyapu jalan yang baik,
yang menyapu
jalan dengan sepenuh jiwa,
yang
menghasilkan maha karya jalan bersih luar biasa,
karya agung
senilai patung artistik michael angelo.
Hingga nanti
saat kau telah tiada,
akan banyak
orang, para malaikat, serta penghuni langit dan bumi
akan
mengheningkan cipta,untuk mengenang
bahwa disini
pernah tinggal seorang penyapu jalan yang legendaris”
(anonym)
Saudaramu
yang dipertemukan dalam takdir-Nya
Salam
Cinta dan Cita
Jevri
Apriansyah
0 Response to "NADWAH, TAKKAN BERPALING DARIMU "
Post a Comment