#BikinMamaBangga
Monday, January 11, 2016
Amanah,
Berbagi Info,
Dunia Islam,
Kisahku,
Nasehat Pribadi,
Organisasi,
Populer,
Tentang dakwah
#BikinMamaBangga. Hastag ini, cukup menjadi
perbincangan hangat dikalangan punggawa nadwah satu periode ini (2015,red). Baik
itu pengurus yang sekarang maupun para punggawa nadwah yang lama. Mencuat
dengan dibuatnya status facebook oleh salah satu pengurus nadwah zaman ‘baheulak’.
“Saya tidak setuju”. Komen singkat beberapa pengurus tahun lalu dengan adanya
status tersebut.
Nadwah yang tadinya akrab dengan
jargon #Lebihdarisahabat, sudah cukup melekat dan sering didengar ditelinga para
aktivis kampus. Bahkan ketika pemira tahun lalu, saat salah satu pasangan
capres dan cawapres mengusung jargon Unsri bersahabat. di sisi lain timbul
tanggapan dari rival. “unsri bersabahat?, kita sudah punya nadwah yang lebih
dari sahabat”. saking Nadwah dengan #Lebihdarisahabat-nya sudah cukup dikenal
dan melekat di pikiran. Apapun itu, aku tahu jargon lebih dari sahabat sudah menjadi
brand nadwah yang dibangun beberapa tahun lalu hingga kini dan jika ingin
mengubah maka, harus membangun image baru.
Pada kepengurusan nadwah kali ini
(2015,red), muncul sebuah jargon yang kerap kali didengungkan, Hm, sebenarnya
ini bukan jargon resmi, hanya bentuk penyemangat dari para pengurus. Tentu
bukan sembarang jargon, ada sebuah kebanggaan tersendiri ketika jargon tersebut
terucap karena jargon ini adalah bentuk konfirmasi dan mencoba untuk menciptakan
persepsi lain kepada khalayak tentang punggawa nadwah.
Kita mengetahui setiap anak yang ditanya
apa cita-cita mereka maka, hampir seluruhnya akan menjawab ingin menjadi
kebanggaan orang tua terutama ibu. Sosoknya yang sangat luar biasa, anugerah
Allah yang kita miliki dan kita ingin kehadiran kita di dunia menjadi
kebanggaan baginya (Ibu,red).
Membuat ibu kita bangga adalah manifestasi
bakti kepadanya dan kita tahu sebagai anak, adalah kewajiban kita untuk
berbakti kepada ibu. Maka, punggawa nadwah adalah mereka yang akan menjadi
kebanggaan bagi orang tuanya karena yang dilakukan oleh para mahasiswa ini di
nadwah adalah sebaik-baik pekerjaan dan yang dikatakan oleh para mahasiswa ini
adalah sebaik – baik perkataan (Insyaa
Allah)
Kedua,
jargon ini juga ingin menyampaikan bahwa kami-punggawa nadwah-bukan seperti
yang sering dideskreditkan tentang muslim. Mereka yang dianggap berpandangan
keras, dituduh teroris, bom dan lain sebagainya, dengan jargon yang menarik
ini, karena-“pas dengan zamannya”-kami ingin menempatkan nadwah lebih akrab dan
‘berbaur dengan zaman’ dan menciptakan persepsi lain serta mengundang pertanyaan.
Apa iya anak mama ngebom? megang mercon aja gugup, takut kena marah mama
Apalagi
ajaran yang dipahami kami sebagai muslim yang menjadi landasan dalam berdakwah
dan berorganisasi bahwa salah satu dimensi yang tidak terpisahkan dari misi
profetik Muhammad Sholallahu’alaihi
wassalam sebagai pembawa rahmat kepada seluruh alam, ialah ajaran untuk
membangun solidaritas antarmanusia. Islam mengokohkan persaudaraan umat manusia
sebagai keturunan Adam bukan sebaliknya.
Bukankah
agama kita mengajarkan untuk berbakti kepada kedua orang tua sebagaimana Allah
Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an :
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa.” (Q.S.An Nisa’ : 36)
Kita
memahami bahwa salahsatu cara berbakti kepada kedua orang tua adalah dengan
membuatnya bangga. keberadaan kami di Nadwah adalah kebanggaan bagi orangtua
karena kami ingin menjadi orang yang sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dai adalah
sebaik-sebaik perkataan adalah dakwah.
Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan
amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri?" (QS. Fushshilat : 33)
Yang
Memiliki Perkataan Terbaik, Siapa Mereka? Ibnu Katsir berkata, “Orang yang
paling baik perkataannya adalah yang mengajak hamba Allah ke jalan-Nya.”
(Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 12: 240)
“Sungguh jika Allah memberi petunjuk kepada
seseorang melalui engkau (dakwah engkau) maka itu lebih baik bagimu daripada
engkau memiliki onta merah.”(Hadits shahih riwayat Muslim dalam kitab fadha'il,
no. 2406).
Semoga
cita-cita yang mulia itu sesuai dengan kapasitas diri kami, bukan kemudian
cita-cita yang menyesuaikan dengan kerdilnya diri kami, akan tetapi kami yang
berusaha memperbaiki diri memantaskan diri menyesuaikan dengan mulianya
cita-cita itu. Hingga usaha dan doa bertemu menjadi takdir-Nya. Aamiin
0 Response to "#BikinMamaBangga"
Post a Comment