Karena Dakwah Perlu Strategi
Berbicara
tentang dakwah akan selalu menarik bagi pribadi – pribadi yang senang dalam
menebar kemanfaatan, ya, bagi mereka yang memahami bahwa hidup di dunia ini
hanya sementara dan sebaik – baik bekal adalah amal sholih, maka tentu ia
akan berdakwah, kenapa? Karena rahmat Allah itu terlalu luas dan untuk seluruh
umat, sehingga jika ada mereka yang belum merasakan keindahannya, tugas sang
da’i lah untuk menjadikan orang – orang tersebut dapat merasakannya.
Terkadang
karena kurangnya pemahaman yang menerima, membuat mereka yang menyampaikan
kebaikan tersebut tidak diterima, bahkan dikucilkan, padahal yang diberi itu
adalah sebuah amal kebaikan yang teramat berharga bagi penerima, bahkan lebih
bermakna dari perbendaharaan dunia yang paling berharga sekalipun.
Seandainya
manusia tahu apa (keutamaan) yang terdapat dalam azan dan barisan pertama,
kemudian mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan cara mengundi, pasti mereka
akan mengundinya. Seandainya mereka tahu apa (keutamaan) yang terdapat dalam
bersegera (datang sedini mungkin) melakukan salat, pasti mereka berlomba-lomba
melakukannya. Seandainya mereka tahu apa yang terdapat dalam salat Isyak dan
salat Subuh, pasti mereka akan mendatanginya meskipun dengan merangkak. (Shahih
Muslim No.661)
Dua
rakaat fajar itu lebih baik daripada dunia dan seisinya (HR Muslim)
Sesungguhnya
dunia seluruhnya adalah benda (perhiasan) dan sebaik-baik benda (perhiasan)
adalah wanita (isteri) yang sholehah. (HR. Muslim)
Di atas
adalah beberapa contoh dari amal kebaikan yang begitu bermakna nan berharga. Kita
yang telah mengetahui keutamaan – keutamaan tersebut, memiliki kewajiban untuk
menyampaikan kabar gembira tersebut kepada yang belum mengetahuinya. Allah pun
akan memberikan ganjaran syurga bagi orang yang telah menyampaikan kabar
gembira tersebut.
Tapi,
dalam menyampaikannya, tentu mesti dengan strategi yang benar pula, karena bila
diibaratkan kebaikan tersebut adalah permata yang berharga, jika cara
memberikannya adalah dengan melemparkannya menggunakan tenaga yang kuat kepada
orang lain, tentu orang yang menerima akan marah dan merasa tidak enak atau
perasaan negatif lainnya maka, untuk itulah dalam berdakwah pun perlu strategi
yang benar.
Salah
satu kadiah dalam dakwah yang mungkin tak asing lagi bagi kita adalah
Berilah kabar
gembira, jangan buat mereka lari. Mudahkanlah,
jangan mempersulit
Ya,
seperti demikian halnya yang mesti dilakukan oleh seorang dai, agar objek dakwah
yang menerimanya dapat merasakan keindahan permata itu dengan hati yang lapang
dan gembira. Karena terkadang, tidak dapatnya objek dakwah menerima kebaikan
tersebut tak selamanya kesalahan mereka adakalanya hal itu merupakan kesalahan
dari sang da’i yang kurang teppat dalam menyampaikan kebaikan tersebut.
.
Serulah
mereka ke jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang lebih baik ( QS An-Nahl : 125)
Hal
lain yang perlu kita pahami bahwa sungguh dalam dakwah ini, bukan hanya tentang
strategi yang baik dalam penyampiaannya saja namun, juga tentang pribadi dari
yang memberikan kabar tersebut, karena tak jarang kita mendengar kisah tentang
mereka yang masuk dan menjadi pembela islam yang begitu hebat diakibatkan oleh
Akhlak dan pribadi yang luhur dari sang Da’i. Sehingga membuat mereka tertarik
dan kemudian menjadi hamba yang taat.
Kita
mesti renungkan baik – baik perkataan dari Abbas As-Sisiy dalam bukunya “Bagaimana
Menyentuh Hati” bahwa hanya hati yang bersih yang dapat menyentuh hati. Ya,
memang demikianlah adanya, perkataan yang menggunakan hati tentunya akan lebih
menggugah dibanding perkataan yang hanya di bibir saja. Apa yang yang akan
dikatakan oleh objek dakwah jika sang dai mengatakan jauhi khamr, sementara
dikesempatan yang lain terlihat bahwa yang mengatakan hal tersebut sedang asyik
menenggak khamr?. Na’udzubillah..
Sebagai
seorang dai, kita harus selalu berusaha mensinkronkan antara yang dikata dengan
tingkah laku kita. Walau tak ada tuntutan untuk sempurna dulu baru menyampaikan
kebaikan karena kita rasanya tak mungkin pernah mencapai derajat sempurna itu.
Tapi, setidaknya kita selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang selalu memperbaiki
diri.
Semoga
dengan kalimat dakwah yang pernah kita sampaikan, dapat menjadi pengawas
tingkah laku kita.
“Oh,
tidak mungkin saya melakukan ini, karena saya pernah menyampaikan bahwa ini
bukanlah sebuah kebaikan kepada orang lain”
Ya, begitulah mungkin kata yang akan kita
sampaikan pada diri kita sendiri jika kita akan bermaksiat, sehingga
mengakibatkan kita mengurungkan niat tersebut. Insyaa Allah kita akan selalu
dalam bimbingan Allah Subhanahu wa Ta’ala selama kita berada dalam misi menebarkan
kebaikan kepada seluruh alam. Kita akan senantiasa dibimbing agar menjadi
pribadi yang hebat dan kuat serta sesuai dengan syariatnya selama kita berusaha
agar kebaikan yang kita rasakan dapat juga dirasakan oleh orang lain.
Wallahu’alam
0 Response to "Karena Dakwah Perlu Strategi"
Post a Comment