Bumi Silampari Mengawali Liburan Semesterku



Dalam derai hujan di senja yang begitu sendu ini, ingin ku kisahkan perjalananku bersama teman-teman saat berkunjung ke Bumi Silampari.
         Sepuluh Desember 2014 adalah awal keberangkatanku bersama teman-teman menuju kota lubuklinggau. Perjalanan kami ke sana dengan menggunakan kereta api. Sungguh, banyak kisah-kisah yang tak terlupakan di sana, berangkat awal dengan bis khusus Indralaya-Palembang menuju stasiun kertapati. Setelah meletakkan tas dan segala macamnya, di sela waktu keberangkatan kami menyempatkan untuk sholat dhuha terlebih dahulu. Namun, yang berkesan di sini adalah sholat yang kami laksanakan dalam bayang-bayang ditinggal oleh kereta api, huh, entahlah sholat yang kami lakukan khusyuk atau tidak, yang pasti degup jantung begitu kencang ba'da sholat itu, mengiringi perasaan takut akan ditinggal kereta. kami pun berlarian masuk ke dalam gerbong yang akan membawa kami bersama ribuan (?) penumpang lainnya menuju Bumi Silampari
            Lebih kurang sepuluh jam perjalanan kami tempuh, dari stasiun yang satu menuju stasiun berikutnya dan tibalah kami di stasiun kota Lubuklinggau disambut rintik hujan dan riuh suasana malam kota. Kami pun langsung turun dan Iwan (salah satu temanku) langsung mengajak kami mencari kakaknya dikarenakan malam itu kami akan menginap di rumahnya sebagai pelepasan lelah selama dalam perjalanan.
            Teh Hangat ternyata telah disiapkan oleh Ibu Iwan untuk menyambut kedatangan kami dan anaknya tercinta. Senyuman yang diberikan oleh ibu dan adiknya menambah keakraban kami dengan keluarga yang baru ku temui kala itu.
            Keesokan harinya, Ba'da melaksanakan sholat shubuh. Saya, akh Shodiq, dan Akh Iwan mengawali hari dengan jalan - jalan ke bukit sulap. Entah mengapa Akh Khorta dan Akh Donal tak mengiringi kami jalan-jalan di pagi yang cerah itu. Mereka asyik menatap layar laptop yang menampilkan film, yang aku tak begitu tertarik untuk menontonnya mungkin karena rasa penasaran akan keindahan alam Lubuklinggau lebih menarik untuk ku jelajahi
            Setelah cukup lama berjalan, kami makan gorengan serta ceker ayam dengan balutan gandum di bawah kaki bukit sulap. Hitung-hitung sebagai pengisi tenaga sebelum ke bukitnya untuk berfoto ria (He, Narsis memang). Walau tak sampai ke puncak tertingginya, kami puas menjelajah sekitaran bukit sulap yang menjadi salahsatu objek wisata kebanggaan masyarakat Bumi Silampari.
            Selesai ke Bukit Sulap, kami pun kembali ke rumah Akh Iwan dan sesampainya di rumah, Aku melihat Akh Khorta dan Akh Donal sedang asyik sarapan pagi dengan nasi uduk yang dihidangkan oleh Ibu Akh Iwan. Selesai sarapan, kami pun siap-siap ke Musi Rawas, Rumah akh Khorta menjadi tempat kami menginap selama di Bumi Silampari.
            Sekira 30 menit (aku tak tau pasti karena gak ngukur, he) perjalanan yang kami tempuh untuk sampai ke rumah akh Khorta. Ya, rumah Akh Khorta dan Akh Iwan memang cukup jauh. Selama diperjalanan aku melihat keindahan Musi Rawas yang masih begitu asri dengan sawah yang terbentang serta siring drainase yang memagari jalan menuju rumahnya.
            Sesampainya di rumah, sambutan hangat kembali kami terima dari Ibu dan kedua adik Akh Khorta. Sebuah keluarga yang baru saja berduka karena kehilangan kepala keluarganya namun, senyum ikhlas lah yang nampak di wajah mereka. Sugguh menghadirkan kekaguman dalam diriku.
            Selesai makan dan sholat Dzuhur kami tidak langsung beristirahat namun, kami merencanakan untuk mendaki bukit botak di Musi Rawas. Langkah awal adalah kami menjemput Akh Iwan di Kota Lubuklinggau dan kami pun mendaki Bukit Botak yang lumayan menguras tenaga itu. Aku begitu semangat mendaki bukit botak karena maklum aku masih menyimpan mimpi bisa mendaki gunung sehingga ini ku jadikan pemanasan untuk naik gunung yang sebenarnya.
            Nafas yang tersengal-sengal bin ngos-ngosan terbayar dengan keindahan alam permai Musi Rawas dari atas bukit. Di atas sana kami berfoto ria -maklum selfie dan groufie lagi ngetrend- dan sebuah video persembahan kami buat untuk penghibur yang mungkin bisa menghantarkan kesembuhan untuk sekretaris jenderal KAMMI AL-Quds -Akh Saparudin- yang kala itu sedang dirawat di rumah sakit.
            Setelah asyik berfoto-foto di atas bukit, kami pun turun dan merencanakan untuk bersilaturahim ke rumah Akh Patrio (teman karib Akh Khorta). Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, kami pun sampai di rumahnya dan ternyata Akh Patrio sedang tidak ada di rumah. Namun kopi hangat dan buah durian disediakan oleh ibunya untuk menemani kami menunggu kedatangan akh Patrio. Mungkin ini yang dinamakan indahnya silaturahim. Hehe J
            Dua buah durian telah habis kami makan, hari pun mulai gelap, namun, akh Patrio tak kunjung datang. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang karena takut kemaleman tiba di rumah akh khorta. Benar saja, Adzan Manghrib pun berkumandang menandakan siang telah berlalu. Kami pun singgah di musholah untuk melaksanakan sholat berjamaah. Selesai sholat kami pun “meluncur” menuju rumah akh Khorta di Tugumulyo, Musi Rawas.
Setibanya di rumah, ternyata sedang mempersiapkan untuk mendo'akan Ayahnya akh Khorta ba'da isya di hari itu. Selesai sholat isya kami pun ikut membaca yasin bersama untuk mendo'akan kebaikan pada ayahnya disana.
            Keesokan harinya kami mengawali pagi itu dengan mandi di watervang Lubuklinggau. He, untuk mandi pagi saja kami tempuh dengan jarak yang cukup jauh. Entah mengapa di suasana liburan, mandi di watervang begitu menarik. 
            Selesai mandi, kami pun siap-siap untuk melaksanakan Sholat Jumat di Masjid yang hanya berjarak satu gedung sekolahan dari rumah akh Khorta. Selesai sholat jum'at dan makan siang, kami silaturahim ke KAMMI komisariat Hamas dan Al-Qossam. Di sana kami saling berkenalan dan  sharing seputar komisariat masing-masing. Banyak ilmu yang didapat dari obrolan singkat dalam silaturahim itu. Sepulangnya dari situ kami ditraktir Makan model yang -kalau kata Akh Masri- terenak di sekitaran rumahnya ;). Oh iya di hari kedua ini kami ditemani oleh Akh Masri dan Akh Fajar. Rumah mereka memang tak jauh dari kediaman akh Khorta.
            Selesai makan, kami menyempatkan untuk menziarahi makam ayah akh Khorta yang letaknya tak jauh dari rumahnya dan karena hari sudah hampir maghrib kami hanya sebentar dan meniatkan untuk kembali ke sana esok hari.
            Keesokan harinya, Kami pun kembali ke pemakaman ayahnya Akh Khorta dan sedikit membenarkan tempat makan ayahnya yang berada diujung karena cuaca hujan sehingga dikhawatirkan rusak. Setelah itu kami pun bersiap-siap untuk melanjutkan trip selanjutnya.
            Hari itu kami mengawali dengan jalan-jalan ke salahsatu supermarket di Lubuklinggau. Bukan untuk belanja melainkan untuk main games di sana. He, setelah itu kami menuju ke Air terjun temam. Setibanya di sana, saya cukup kagum karena memang air terjunnya indah. Akh Donal, Akh Khorta, dan Akh Fajar mencoba flying fox yang merupakan salasatu tawaran games yang disediakan di sana. Air terjun temam memang sedang dalam pembangunan. Tempat wisata ini mulai dikelola. Tempat jualan lebih tertata rapi, gapura penyambutan yang cukup baik dan lainnya.
            Di malam terakhir di bumi silampari, kami menyempatkan untuk jalan -jalan ke pasar malam lubuk linggau.  Di sana kami berbelanja masing-masing. Ada yang beli sendal, kaos, jaket, celana, dan lainnya.
            Malam pun mulai larut, kami pun pulang ke rumah akh Khorta untuk beristirahat karena keesokan harinya kami akan pulang ke daerah masing-masing. Pagi pun menjelang, saya, akh Donal, Akh Shodiq siap-siap untuk pulang. Setelah mandi dan berpamitan kami pun menuju stasiun lubuk linggau untuk naik kereta api menuju daerah masing-masing.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Bumi Silampari Mengawali Liburan Semesterku"

Post a Comment

contoh doa pisah sambut kepala dinas pemerintah

  Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Doa pembuka Doa selamat Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, pada k...