Teknologi Hijau: Seberkas Cahaya untuk Bumi yang Temaram
Bumi bukan warisan dari nenek-moyang, bumi adalah pinjaman anak-cucu kita dan harus dikembalikan kepada mereka. (Nasihat bijak)
Begitulah pesan yang sering kita dengar dan kita baca dalam beberapa literatur. Diibaratkan sebuah harta, sejatinya bumi ini bukanlah harta yang diwariskan dari nenek-moyang kita yang bisa kita eksploitasi dan manfaatkan secara liar. Namun, bumi adalah pinjaman yang akan kita wariskan kepada anak-cucu di kemudian hari. Selayaknyalah kita mewariskan harta yang terbaik sehingga bisa dimanfaatkan oleh mereka nantinya.
Dalam usia bumi yang sudah semakin renta, permasalahan lingkungan bukan lagi menjadi isu yang tabu. Namun, sudah menjadi permasalahan yang menyita perhatian semua elemen masyarakat dikarenakan dampaknya mulai menyeruak dan menampakan diri ke permukaan. Emisi karbon dioksida Indonesia terus naik, menjadi 490 juta ton pada 2011 (naik 210%) dibanding level pada tahun 1990. Emisi CO2 per kapita Indonesia juga naik 122% dari 0,9 ton emisi CO2/penduduk pada tahun 1990 menjadi 2 ton emisi CO2/penduduk pada 2011. Tren kenaikan emisi global ini tercermin dari kenaikan konsentrasi CO2 di udara yang saat ini melampaui angka 390 PPM (parts per million) – jauh di atas batas aman yaitu 350 PPM. (hijau.com,2012). CO2 adalah gas rumah kaca yang memicu perubahan iklim secara ekstrem dan menjadi penyebab pemanasan global yang kini memasuki babak injury time. Semua ini jika tidak diurus dengan baik berarti tamat dan malapetakalah yang terjadi.
Permasalahan lingkungan yang terjadi tidak lepas dari tangan-tangan rakus segelintir manusia yang mengeksploitasi lingkungan secara habis-habisan, menebang pohon-pohon hijau secara semena-mena sehingga hutan menjadi gundul dan gersang. Akibatnya, disaat hujan turun tak ada lagi pohon yang menahan air hujan. Jika air hujan turun dalam konsentrasi yang tinggi, maka bencana banjir tidak dapat ditolak.
Langit bumi menjadi bulan-bulanan material fosil yang menguap dari pembakaran bahan bakar fosil. Baik dari bahan bakar kendaraan (motor atau mobil) maupun perusahaan-perusahaan industri. Sehingga atmosfer menjadi berlubang dan keseimbangan alam pun menjadi terganggu. Disaat bagian bumi yang satu kekurangan air untuk kebutuhan hidup, bagian bumi lainnya harus berenang dalam genangan air di dalam rumah mereka.
Dalam keadaan bumi yang sedang ‘sakit’ dan memasuki babak injury time tersebut, bukan berarti semuanya telah berakhir dan tinggal menunggu babak tersebut habis. Masih ada harapan bagi kita untuk mengantisipasi dan mengurangi dampaknya terhadap kualitas kehidupan manusia. Tidak ada yang tidak mungkin dengan semangat dan perjungan tanpa henti. Seperti halnya dua gol Manchester City pada liga Inggris tahun lalu di masa injury time yang mengantarkan mereka menjadi juara setelah puasa gelar berpuluh-puluh tahun. Demikian halnya dengan permasalahan lingkungan yang ada. Kita masih bisa mewariskan yang terbaik untuk anak-cucu melalui inovasi-inovasi teknologi yang lebih ramah sehingga mampu menjaga kelestarian lingkungan.
Kesadaran akan pelestarian lingkungan mutlak diperlukan dalam setiap individu. Kesadaran untuk tidak melakukan perusakan hutan, melainkan berupaya melakukan reboisasi hutan, menciptakan kendaraan yang ramah lingkungan baik kendaraan bermotor maupun mobil yang kini sudah menjadi kebutuhan manusia, serta upaya-upaya untuk menciptakan dan atau menggunakan teknologi hijau lainnya.
Wikipedia menjelaskan bahwa teknologi hijau adalah aplikasi sains alam sekitar untuk memelihara sumber daya alam serta mengelola dampak negatif akibat aktivitas manusia. Menurut para ilmuan, teknologi hijau merupakan suatu teknologi yang ramah lingkungan dan merupakan teknologi yang menghasilkan gas karbon rendah. Hal ini dikarenakan dalam teknologi hijau kita menggunakan sumber daya seperti energi, air, dan sebagainya, yang mana bahan-bahan tersebut digunakan secara minimum untuk menghasilkan sesuatu produk dan teknologi yang aman digunakan, sehingga menyediakan lingkungan yang sehat untuk kehidupan yang lebih baik. Teknologi hijau itu juga dapat menghemat energi dan sumber daya alam serta menggalakkan sumber daya yang renewable.
Dalam mewujudkan teknologi hijau yang ramah lingkungan tentunya diperlukan dukungan dari perusahaan-perusahaan industri agar keinginan untuk menggunakan teknologi hijauyang ramah lingkungan bukan hanya sekedar mimpi yang tersimpan dalam memori asa.
Sebuah perusahaan otomotif sebagai perusahaan otomotif yang telah berkiprah selama 105 tahun mengeluarkan sebuah terobosan baru dalam mengembangkan teknologi berkualitas dan ramah lingkungan yang akan menjadi pedoman model-model di masa depan.
Terobosan tersebut di antaranya, teknologi "Eco-Idle" yang mampu mengatur dan mematikan mesin secara otomatis. Dalam keadaan macet, mesin akan mati secara otomatis sehingga dapat menghemat bahan bakar, ditambah sistem i-EGR yang mampu menghasilkan pembakaran sempurna dan mengurangi pengeluaran karbondioksida.
Selanjutnya, penggunaan mesin dua silinder turbocharged dengan teknologi active ignition system yang dapat menghemat bahan bakar sebesar 30 persen. Serta, rencana perusahaan tersebut membuat sumber energi baru melalui penggunaan bahan bakar cair Hidrazin Hidrat untuk aki mobil. Hidrazin Hidrat adalah pencampuran air dan hidrogen. Zat ini memiliki daya energi yang tinggi dan tidak menghasilkan CO2.
Diharapkan inovasi seperti ini dapat menjadi referensi bagi perusahaan lainnya untuk menciptakan teknologi-teknologi hijau yang ramah lingkungan dan tidak menghasilkan emisi gas buang yang akan berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan.
Sip mantap artikelnya mas bro.
ReplyDeleteLanjutkan..
:)
Thank you Bro :)
DeleteBener juga kalimat ini ya bro "bumi adalah pinjaman anak-cucu kita", Kalo habis sekarang apa yang akan diolah sama anak cucuk kita nanti, habis... musnah... tak bersisa...
ReplyDelete